Selasa, 21 Agustus 2012

Intervensi dini anak down syndrome pada saat berusia 2 tahun

BAB I
PENDAHULUAN

            Perkembangan adalah perubahan seorang individu secara kualitas. Perkembangan individu khususnya anak ditandai sejak dilahirkan. Individu mempelajari keterampilan baru melalui kemampuan alamiah yang dimiliki sebagai potensi bawaan. Setiap keterampilan yang dikuasai individu akan menjadi dasar terbentuknya keterampilan selanjutnya. Pada umumnya setiap individu harus melalui tahapan – tahapan perkembangan. Ada yang berurutan namun ada pula yang melompati tahapan tersebut. Setiap individu berkembang secara berbeda. Tidak ada individu yang mengalami proses perkembangan yang sama persis satu sama lain. Perbedaan perkembangan tersebut membuktikan bahwa tiap individu memiliki cara belajar sendiri-sendiri dalam menelusuri tahapan perkembangan.
            Semua orang tua akan sangat bahagia ketika memperoleh keturunan baik itu laki-laki ataupun perempuan. Akan tetapi jika keturunan yang diperoleh tersebut ternyata lahir dalam kondisi berbeda dari apa yang sudah diharapkan maka kebahagian itu sedikit berubah. Kebahagiaan berubah menjadi kepasrahan bahwa kehadiran keturunan yang berbeda ini adalah titipan dari Yang Maha Pencipta untuk dijaga, dirawat, dan dibesarkan dengan sebagaimana mestinya.
            Kondisi berbeda tersebut yang dalam hal ini adalah sindrom down memiliki perbedaan tingkat kemampuan dengan anak-anak lainnya. Orang tua tidak bisa menyamaratakan dengan anak-anak dalam keadaan normal. Namun paling tidak orang tua dapat memberikan intervensi untuk memastikan bahwa tumbuh kembang anak berjalan ke arah positif. Intevensi yang akan dilakukan adalah intervensi sejak dini, yaitu sejak usia 2 tahun.



BAB II
TINJAUAN TEORI
  1. Perkembangan Anak Usia 2 Tahun
Menurut Piaget dalam Crain, perkembangan kognitif anak usai 2 tahun berada pada tahap perkembangan sensory motor. Pada tahap ini anak menerima informasi dengan menggunakan alat sensory motornya. Pada usia ini anak sebenarnya sudah masuk pada tahap awal pra opeasional konkret. Di masa ini anak sudah mulai dapat menggunakan symbol dan melakukan manipulasi terhadap symbol tersebut. kemampuan bepikirnya sudah dapat mewakilkan objek dengan objek lain yang mewakilinya. Misalnya buah jeruk dengan hanya menggunakan gambar buah jeruk. Menurut pengamatan Piaget pada usia ini, anak melihat sesuatu dari sudut pandang sendiri dan mengabaikan pendapat orang lain. Hal ini disebut sebagi egosentrisme.
Usia 2 tahun juga merupakan masa menjelajah bagi anak. Kegiatan anak semakin bervariasi seiring dengan semakin meningkatnya keterampilan dan koordinasi motorik anak. Kegiatan mengamati dan meneliti tidak hanya dilakukan di dalam rumah tetapi juga luar lingkungan rumah. Hal ini dapat merangsang kemampuan social anak serta kemandirian Karena kegiatan tersebut dilakukan dalam posisi jauh dari orang tua. Anak juga sudah mulai senang mencoret-coret karena sudah mulai muncul ketertarikan anak terhadap alat tulis. Anak pun sudah mulai mampu menolong dirinya sendiri.
Perkembangan lainnya adalah adanya kemauan anak untuk bergaul, bersosialisasi dengan orang lainmelalui kegiatan bermain. Pada masa ini mulai mencapai puncak rasa takut yang khas, emosi-emosi berlangsung secara singkat tetapi kuat, sering muncul tetapi bersifat sementara dan dapat berubah jika perhatian dialihkan. Anak juga mulai berminat terhadap kegiatan keagamaan.
Dari aspek bahasa, anak sudah dapat bebicara dengan baik dan sudah menguasai banyak pebendahaaan kata. Anak sudah dapat merangkai dua kata. Mulai muncul identitas pada diri anak. Anak mulai menyebut dirinya dengan sebutan saya dan senang jika dipanggil namanya. Pada perkembangan disiplin terlihat anak mulai sukar untuk diatur, namun dengan displin yang ketatanak mampu mengikuti pola yang tidak menyulitkan bagi orang tua.
Menurut Shelov dkk. Dalam buku caring for your baby and your child, anak usai 2 tahun memiliki tahapan perkembangan motorik, sebagai berikut :
1.    Karakteristik Perkembangan Motorik Anak Usia 2 tahun
a.    Motorik Kasar
·         Anak sudah dapat berjalan sendiri
·         Anak mampu berjalan sambil membawa satu atau lebih mainan di tangannya
·         Anak memulai kemampuannya untuk berlari
·         Berdiri berjinjit
·         Menendang bola
·         Memanjat dan turun kembali dari furniture
·         Naik-turun tangga namun masih dengan bantuan
b.    Motorik Halus
·         Menulis dengan spontan (mencoret-coret)
·         Mengeluarkan dan memasukan kembali benda dari dalam dank e dalam kotak
·         Membangun menara dari 4 balok atau lebih
·         Sudah dapat menggunakan satu tangan secara aktif dibandingkan tangan yang lain
2.    Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia 2 tahun
a.    Menandai objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
b.    Mengenali nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
c.    Dapat mengatakan beberapa kata
d.    Menggunakan frase
e.    Menggunakan 2 sampai 4 kata dalam kalimat
f.     Dapat mengikuti perintah sederhana
g.    Mengulangi kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)
3.     Karakteristik Pekembangan Kognitif anak Usia 2 tahun
a.    Dapat menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
b.    Mulai mengenal bentuk dan warna
c.    Mulai melakukan tahapan bermain makes-believe play atau pura-pura
4.    Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 2 tahun
a.    Mengimitasi perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
b.    Mulai peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
c.    Mulai tertarik bermain/berteman dengan anak lain
5.    Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia 2 tahun
a.    Menunjukkan munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
b.    Mulai menunjukkan perilaku yang berbeda
c.    Secara bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada pertengahan tahun ke-2 usia anak.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, maka terdapat gambaran secara umum mengenai perkembangan anak usia 2 tahun yang berkembang secara normal. Dari sini dapat terlihat bahwa anak usia 2 tahun juga memiliki potensi dan perlu di stimulasi. Begitu juga anak usia 2 tahun yang menyandang sindrom down. Agar anak ini dapat juga berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya dan dapat mandiri pada tahap selanjuntnya.
  1. Pengertian Sindrom Down
Sindrom down berasal dari kata Down Syndrome. Sindrom down adalah sekumpulan gejala gangguan yang disebabkan oleh penyimpangan kromosom no. 21. Kelainan ini pertama kali diketahui oleh Seguin pada tahun 1844. Pada tahun 1866 seorang dokter bernama Langdon Haydon Down mendadak melanjutkan pemahaman tentang kelainan kromosom yang pernah dikemukakan oleh Seguin.
Down menyebutkan kelainan tersebut dengan sebutan aneuplodi. Down menguraikan tanda-tanda klinis seorang individu aneuplodi. Individu yang mengalami aneuplodi ini memiliki kekurangan atau kelebihan da dalam sel tubuhnya. Jenis aneuplodi sebagai penyimpangan kromosom Down namakan trisomi 21 atau kromosom nomor 21.
Kondisi trisomi 21 ini diberi istilah idiot mongoloid atau mongoloisme. Hal ini karena pada kondisi individu trisomi 21 dianggap memiliki cirri-ciri wajah menyerupai orang oriental. Sebaliknya orang Asia menganggap kondisi tersebut menyerupai orang Eropa. Kondisi ini disebut Sindrom Down. Berdasarkan penjelasan sebelumnya asosiasi mengenai keterbelakangan mental tidak lagi melekat pada satu golongan atau bangsa tertentu.


  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sindrom Down
Angka kejadian Sindrom down rata-rata di seluruh dunia adalah 1 : 700 kelahiran. Kejadian ini akan bertambah tinggi seiring dengan bertambahnya usia si ibu yang mengandung. Biasanya calon-calon bayi sindrom down 60% cendeung akan gugur (abortus spontan) dan 20% akan lahir meninggal. Selain usia si ibu yang mengandung, penyebab Sindrom down adalah janin yang terkena virus, salah satunya adalah virus rubella dan juga toksoplasma. Asupan nutisi saat kehamilan juga dapat mempengaruhi timbulnya kelainan kromosom ini
Penyandang Sindrom down memiliki jumlah kromosom 47, yaitu penambahan kromosom terjadi pada kromosom 21 sehingga kromosom 21 menjadi berjumlah 3. Kromosom anak berasal dari ayah dan ibu masing-masing setengah dari jumlah kromosom seluruhnya. Penyandang Sindrom down ini diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari ayah dan 24 dari ibu. Hal ini disebabkan adanya pembelahan sel telur ibu yang tidak sempurna.
Sindrom down banyaklahir dari ibu yang berumur di atas 35 tahun. Angka kelahiran Sindrom down meningkat jelas pada wanita yang melahirkan setelah berusia 35 tahun. Hal ini disebabkan terkadang kondisi sel telur wanita yang berusia 35 tahun ke atas kurang bagus dan mengalami pembelahan yang kurang sempurna ketika dibuahi sperma. Selain itu faktor genetis atau bawaan dari pihak ibu atau ayah yang mempunyai sel kromosom 21. Pada kasus ini 50% anak akan lahir normal atau bahkan 100% akan lahir dengan menyandang down sindrom tergantung pada bentuk kelainan tempat dari kromosom tersebut. jumlah kasus yang berkaitan dengan bawaan hanya terjadi sekitar 4%.

BAB III
IDENTIFIKASI
Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.
Dengan demikian dapat dibuat instrument dengan menggunakan metode checklist yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak yang menyandang down sindrom atau tidak. Instrument tersebut didasari pada karakteristik perkembangan sesuai usia. Dalam hal ini usia 2 tahun. Kemudian juga didasari pada karakteristik fisik yang tampak pada setiap penyandang down sindrom.
KISI-KISI INSTRUMEN
NO
ASPEK
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
JUMLAH
1
fisik
c.    Motorik Kasar
·         Anak sudah dapat berjalan sendiri
·         Anak mampu berjalan sambil membawa satu atau lebih mainan di tangannya
·         Anak memulai kemampuannya untuk berlari
·         Berdiri berjinjit
·         Menendang bola
·         Memanjat dan turun kembali dari furniture
·         Naik-turun tangga namun masih dengan bantuan
d.    Motorik Halus
·         Menulis dengan spontan (mencoret-coret)
·         Mengeluarkan dan memasukan kembali benda dari dalam dank e dalam kotak
·         Membangun menara dari 4 balok atau lebih
·         Sudah dapat menggunakan satu tangan secara aktif dibandingkan tangan yang lain
e.    Ciri-ciri fisik
·         tampak sela hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
·          mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia)
·         Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
·         tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar
·         lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics)
·         tinggi badan yang relative pendek
·         kepala mengecil
18
2.
bahasa
h.    Menandai objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
i.      Mengenali nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
j.      Dapat mengatakan beberapa kata
k.    Menggunakan frase
l.      Menggunakan 2 sampai 4 kata dalam kalimat
m.  Dapat mengikuti perintah sederhana
n.    Mengulangi kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)
7
3
kognitif
d.    Dapat menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
e.    Mulai mengenal bentuk dan warna
f.     Mulai melakukan tahapan bermain makes-believe play atau pura-pura

3
4
sosial
d.    Mengimitasi perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
e.    Mulai peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
f.     Mulai tertarik bermain/berteman dengan anak lain
3
5
emosional
d.    Menunjukkan munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
e.    Mulai menunjukkan perilaku yang berbeda
f.     Secara bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada pertengahan tahun ke-2 usia anak.
3







Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka dapat dibuat sebuah instumen untuk melakukan identifikasi, sebagai berikut :
Nama anak :
Tempat/Tanggal lahir :

NO
ASPEK
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
Ya
tidak
1
fisik
Ciri-ciri fisik
·         tampak sela hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
·          mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia)
·         Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
·         tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar
·         lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics)
·         tinggi badan yang relative pendek
·         kepala mengecil








Keterangan : berilah tanda √ pada kolom ya/tidak  jika tampak cirri-ciri seperti yang tertera pada kolom indikator
NO
ASPEK
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
Scala
1
fisik
f.     Motorik Kasar
·         Anak sudah dapat berjalan sendiri
·         Anak mampu berjalan sambil membawa satu atau lebih mainan di tangannya
·         Anak memulai kemampuannya untuk berlari
·         Berdiri berjinjit
·         Menendang bola
·         Memanjat dan turun kembali dari furniture
·         Naik-turun tangga namun masih dengan bantuan
g.    Motorik Halus
·         Menulis dengan spontan (mencoret-coret)
·         Mengeluarkan dan memasukan kembali benda dari dalam dank e dalam kotak
·         Membangun menara dari 4 balok atau lebih
·         Sudah dapat menggunakan satu tangan secara aktif dibandingkan tangan yang lain

2.
bahasa
o.    Menandai objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
p.    Mengenali nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
q.    Dapat mengatakan beberapa kata
r.     Menggunakan frase
s.    Menggunakan 2 sampai 4 kata dalam kalimat
t.      Dapat mengikuti perintah sederhana
u.    Mengulangi kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)

3
kognitif
g.    Dapat menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
h.    Mulai mengenal bentuk dan warna
i.      Mulai melakukan tahapan bermain makes-believe play atau pura-pura


4
sosial
g.    Mengimitasi perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
h.    Mulai peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
i.      Mulai tertarik bermain/berteman dengan anak lain

5
emosional
g.    Menunjukkan munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
h.    Mulai menunjukkan perilaku yang berbeda
i.      Secara bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada pertengahan tahun ke-2 usia anak.


Kategori Scala :
1            : belum tampak
2            : sedikit tampak
3            : Cukup memuaskan
4            : Baik
5            : Sangat Baik


 
                                                                           






Apa yang sudah anak capai ?







Aspek perkembangan yang harus diperhatikan ?






Program untuk anak





Apa yang bisa dilakukan di rumah untuk kemajuan anak?




Observer    : 


BAB IV
INTERVENSI
Setelah melakukan assessment menggunakan instrument yang dibuat dan tampak ada masalah, maka dapat dilanjutkan dengan membuat program intervensi bagi anak. Namun biasanya pada penyandang Sindrom down, identifikasi awal pada fisik yang tampak sudah dapat menunjukkan bahwa seorang anak menyandang Sindrom down untuuk selanjutnya pada aspek motorik kasar dan halus yang sangat terlambat.
Sebagai contoh kasus di sebuah taman penitipan anak di Jakarta terdapat dua anak yang teridentifikasi menyandang sindrom down. Hal tersebut tampak dari cirri-ciri fisik anak dari wajah yang mongoloid dan lain sebagainya sesuai pada kolom fisik. Kemudian anak tersebut terlambat pekembangan motorik kasar dan halusnya. Pada usia 1 tahun 7 bulan belum bisa merangkak. Otot-otot dan tulang anak tersebut belum cukup kuat untuk menopang berat badannya. Selain motorik, perkembangan bahasanya juga terlambat. Anak tersebut baru dapat mengungkapkan maksudnya dengan menggunakan bahasa tangisan saja.
Beberapa peneliti mengatakan, melalui latihan bisa mengoptimalkan IQ penderita Sindrom down sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak penderita Sindrom down yang diberi latihan dini akan meningkat inteligensinya 20% lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah fomal.
Untuk merangsang perkembangan, IQ, terapi stimulasi diberikan dengan melatih gerakan-gerakan motorik anak sejak dini. Latihan dapat dilakukan sendiri oleh anak atau dibantu oleh ahli fisioterapis. Latihan stimulasi motorik fase dasar, misalnya latihan tengkurap sejak usia 2 bulan, berguling, duduk, hingga berdiri. Latihan motorik kemudian dilanjutkan dengan melatih menggenggam sendok dan garpu, atau benda-benda fungsional lainnya. Contoh lain adalah membantu anak belajar memakai baju, menyisir dan sebagainya.



Contoh jadwal kegiatan di taman penitipan anak
NO
KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Datang ke Bina wahana bina balita
Pemeriksaan dan pengobatan tim dokter ahli
Fisioteraphy
Snack pagi
Speechteraphy
Latihan motorik  melalui bermain besama teman
Makan siang
Toileting
Kembali ke rumah


Orangtua sebelumnya harus lebih dulu memahami karakteristik anak agar sikap yang diambil atau pola asuh yang dipilih dalam mengasuh anak lebih efektif. Anak sindrom down tidak sama, ada yang cenderung hiperaktif, tenang, tidak patuh. Namun dalam bersosialisasi anak-anak ini tidak pelu terlalu diistimewakan. Anak-anak ini juga harus mengetahui konsep tentang diri sendiri dan bagaimana bersosialisasi dengan orang sekitar. Lingkungan juga harus mendukung bagi perkembangan dan kesehatan anak sindrom down. Karena anak sindrom down mudah terkena infeksi.
    






BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Sindrom down merupakan salah satu jenis penyebab seorang individu megalami gangguan mental. Sindrom down terjadi karena penyimpangan kromosom dalam sel tubuh. Selain retardasi mental, anak yang mengalami sindrom down memiliki sejumlah ciri fisik lain yang dapat terlihat pada wajah dan anggota tubuh lainnya.
Lingkungan keluarga, berupa fasilitas dan sikap menerima dari seluruh anggota keluarga merupakan sarana bagi anak sindrom down. Hal ini dapat memberikan warna dasar  kehidupan anak sindrom down. Dari sini anak akan berangkat menuju kedewasaan dengan corak kepribadian yang dibawa.

B.   Saran
Sebagai orangtua maupun pendidik, harus mengetahui cara-cara yang tepat untuk mengatasi anak sindrom down. Jangan pernah menganggap remeh kemampuan anak sindrom down. Berilah dukungan dengan mendampingi mereka dalam proses stimulasi agar perkembangan anak dapat lebih optimal.







DAFTAR PUSTAKA
Salim, Abdul. Rehabilitasi Fisik dan Terapi Okupasi, Jakarta : UNS Press, 1995
Dever, R.B. dan knapezyk. Teaching Peson With Mental Retardation, USA : Graw Hill Inc
Suwarno, Erwin. Aspek Klinis Kelainan dan Keturunan, Surabaya : Yayasan Genetika, 1992
Departemen Kesehatan, Stimulasi Dini Perkembangan Anak, Jakarta : Departemen Kesehatan dan UNICEF
Shelov, P. Steven, et.all. Caring for Your Baby and Young Child, New York : Bantam Books, 1991
Joanne, Hendrick. The Whole Child, Toronto : a Bell and Howel company, 1986
Dodge, Diane Trister dan Colker, J. Laura, Creative Curriculum, Washington DC : Teaching Strategies Inc., 2001
Hasan, Maimun. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Yogyakarta : DIVA Press, 2009
Jamaris Martini,Kesulitan Belajar (Perspektif, Assesment, dan penanggulangannya) Jakarta: Yayasan Penamas Murni,2009
Crain, William, Teori Perkembangan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
Wortham, Sue. C, Assesment in Early Childhood Education, New Jersey : Pearson, 2005.