BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah perubahan
seorang individu secara kualitas. Perkembangan individu khususnya anak ditandai
sejak dilahirkan. Individu mempelajari keterampilan baru melalui kemampuan
alamiah yang dimiliki sebagai potensi bawaan. Setiap keterampilan yang dikuasai
individu akan menjadi dasar terbentuknya keterampilan selanjutnya. Pada umumnya
setiap individu harus melalui tahapan – tahapan perkembangan. Ada yang
berurutan namun ada pula yang melompati tahapan tersebut. Setiap individu
berkembang secara berbeda. Tidak ada individu yang mengalami proses
perkembangan yang sama persis satu sama lain. Perbedaan perkembangan tersebut
membuktikan bahwa tiap individu memiliki cara belajar sendiri-sendiri dalam
menelusuri tahapan perkembangan.
Semua orang tua akan sangat bahagia
ketika memperoleh keturunan baik itu laki-laki ataupun perempuan. Akan tetapi
jika keturunan yang diperoleh tersebut ternyata lahir dalam kondisi berbeda
dari apa yang sudah diharapkan maka kebahagian itu sedikit berubah. Kebahagiaan
berubah menjadi kepasrahan bahwa kehadiran keturunan yang berbeda ini adalah
titipan dari Yang Maha Pencipta untuk dijaga, dirawat, dan dibesarkan dengan
sebagaimana mestinya.
Kondisi berbeda tersebut yang dalam
hal ini adalah sindrom down memiliki perbedaan tingkat kemampuan dengan
anak-anak lainnya. Orang tua tidak bisa menyamaratakan dengan anak-anak dalam
keadaan normal. Namun paling tidak orang tua dapat memberikan intervensi untuk
memastikan bahwa tumbuh kembang anak berjalan ke arah positif. Intevensi yang
akan dilakukan adalah intervensi sejak dini, yaitu sejak usia 2 tahun.
BAB II
TINJAUAN TEORI
- Perkembangan Anak Usia 2 Tahun
Menurut Piaget dalam Crain, perkembangan
kognitif anak usai 2 tahun berada pada tahap perkembangan sensory motor. Pada
tahap ini anak menerima informasi dengan menggunakan alat sensory motornya.
Pada usia ini anak sebenarnya sudah masuk pada tahap awal pra opeasional
konkret. Di masa ini anak sudah mulai dapat menggunakan symbol dan melakukan
manipulasi terhadap symbol tersebut. kemampuan bepikirnya sudah dapat
mewakilkan objek dengan objek lain yang mewakilinya. Misalnya buah jeruk dengan
hanya menggunakan gambar buah jeruk. Menurut pengamatan Piaget pada usia ini,
anak melihat sesuatu dari sudut pandang sendiri dan mengabaikan pendapat orang
lain. Hal ini disebut sebagi egosentrisme.
Usia 2 tahun juga merupakan masa menjelajah
bagi anak. Kegiatan anak semakin bervariasi seiring dengan semakin meningkatnya
keterampilan dan koordinasi motorik anak. Kegiatan mengamati dan meneliti tidak
hanya dilakukan di dalam rumah tetapi juga luar lingkungan rumah. Hal ini dapat
merangsang kemampuan social anak serta kemandirian Karena kegiatan tersebut
dilakukan dalam posisi jauh dari orang tua. Anak juga sudah mulai senang mencoret-coret
karena sudah mulai muncul ketertarikan anak terhadap alat tulis. Anak pun sudah
mulai mampu menolong dirinya sendiri.
Perkembangan lainnya adalah adanya kemauan
anak untuk bergaul, bersosialisasi dengan orang lainmelalui kegiatan bermain.
Pada masa ini mulai mencapai puncak rasa takut yang khas, emosi-emosi
berlangsung secara singkat tetapi kuat, sering muncul tetapi bersifat sementara
dan dapat berubah jika perhatian dialihkan. Anak juga mulai berminat terhadap
kegiatan keagamaan.
Dari aspek bahasa, anak sudah dapat bebicara
dengan baik dan sudah menguasai banyak pebendahaaan kata. Anak sudah dapat
merangkai dua kata. Mulai muncul identitas pada diri anak. Anak mulai menyebut
dirinya dengan sebutan saya dan senang jika dipanggil namanya. Pada
perkembangan disiplin terlihat anak mulai sukar untuk diatur, namun dengan
displin yang ketatanak mampu mengikuti pola yang tidak menyulitkan bagi orang
tua.
Menurut Shelov dkk. Dalam buku caring for your baby and your child,
anak usai 2 tahun memiliki tahapan perkembangan motorik, sebagai berikut :
1. Karakteristik
Perkembangan Motorik Anak Usia 2 tahun
a. Motorik
Kasar
·
Anak sudah dapat berjalan sendiri
·
Anak mampu berjalan sambil membawa satu atau
lebih mainan di tangannya
·
Anak memulai kemampuannya untuk berlari
·
Berdiri berjinjit
·
Menendang bola
·
Memanjat dan turun kembali dari furniture
·
Naik-turun tangga namun masih dengan bantuan
b. Motorik
Halus
·
Menulis dengan spontan (mencoret-coret)
·
Mengeluarkan dan memasukan kembali benda dari
dalam dank e dalam kotak
·
Membangun menara dari 4 balok atau lebih
·
Sudah dapat menggunakan satu tangan secara
aktif dibandingkan tangan yang lain
2. Karakteristik
Perkembangan Bahasa Anak Usia 2 tahun
a. Menandai
objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
b. Mengenali
nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
c. Dapat
mengatakan beberapa kata
d. Menggunakan
frase
e. Menggunakan
2 sampai 4 kata dalam kalimat
f. Dapat
mengikuti perintah sederhana
g. Mengulangi
kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)
3. Karakteristik Pekembangan Kognitif anak Usia 2
tahun
a. Dapat
menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
b. Mulai
mengenal bentuk dan warna
c. Mulai
melakukan tahapan bermain makes-believe
play atau pura-pura
4. Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia 2 tahun
a. Mengimitasi
perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
b. Mulai
peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
c. Mulai
tertarik bermain/berteman dengan anak lain
5. Karakteristik
Perkembangan Emosional Anak Usia 2 tahun
a. Menunjukkan
munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
b. Mulai
menunjukkan perilaku yang berbeda
c. Secara
bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada
pertengahan tahun ke-2 usia anak.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, maka
terdapat gambaran secara umum mengenai perkembangan anak usia 2 tahun yang
berkembang secara normal. Dari sini dapat terlihat bahwa anak usia 2 tahun juga
memiliki potensi dan perlu di stimulasi. Begitu juga anak usia 2 tahun yang
menyandang sindrom down. Agar anak ini dapat juga berkembang secara optimal
sesuai dengan kemampuannya dan dapat mandiri pada tahap selanjuntnya.
- Pengertian Sindrom Down
Sindrom down
berasal dari kata Down Syndrome. Sindrom down adalah sekumpulan gejala
gangguan yang disebabkan oleh penyimpangan kromosom no. 21. Kelainan ini
pertama kali diketahui oleh Seguin pada tahun 1844. Pada tahun 1866 seorang
dokter bernama Langdon Haydon Down mendadak melanjutkan pemahaman tentang
kelainan kromosom yang pernah dikemukakan oleh Seguin.
Down menyebutkan
kelainan tersebut dengan sebutan aneuplodi. Down menguraikan tanda-tanda
klinis seorang individu aneuplodi. Individu yang mengalami aneuplodi ini
memiliki kekurangan atau kelebihan da dalam sel tubuhnya. Jenis aneuplodi
sebagai penyimpangan kromosom Down namakan trisomi 21 atau kromosom nomor 21.
Kondisi trisomi 21
ini diberi istilah idiot mongoloid atau mongoloisme. Hal ini
karena pada kondisi individu trisomi 21 dianggap memiliki cirri-ciri wajah
menyerupai orang oriental. Sebaliknya orang Asia menganggap kondisi tersebut
menyerupai orang Eropa. Kondisi ini disebut Sindrom Down. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya asosiasi mengenai keterbelakangan mental tidak lagi
melekat pada satu golongan atau bangsa tertentu.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi Sindrom Down
Angka kejadian Sindrom down rata-rata di
seluruh dunia adalah 1 : 700 kelahiran. Kejadian ini akan bertambah tinggi
seiring dengan bertambahnya usia si ibu yang mengandung. Biasanya calon-calon
bayi sindrom down 60% cendeung akan gugur (abortus spontan) dan 20% akan lahir
meninggal. Selain usia si ibu yang mengandung, penyebab Sindrom down adalah
janin yang terkena virus, salah satunya adalah virus rubella dan juga toksoplasma.
Asupan nutisi saat kehamilan juga dapat mempengaruhi timbulnya kelainan
kromosom ini
Penyandang Sindrom down memiliki jumlah
kromosom 47, yaitu penambahan kromosom terjadi pada kromosom 21 sehingga
kromosom 21 menjadi berjumlah 3. Kromosom anak berasal dari ayah dan ibu
masing-masing setengah dari jumlah kromosom seluruhnya. Penyandang Sindrom down
ini diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari ayah dan 24 dari ibu. Hal ini
disebabkan adanya pembelahan sel telur ibu yang tidak sempurna.
Sindrom down banyaklahir dari ibu yang
berumur di atas 35 tahun. Angka kelahiran Sindrom down meningkat jelas pada
wanita yang melahirkan setelah berusia 35 tahun. Hal ini disebabkan terkadang
kondisi sel telur wanita yang berusia 35 tahun ke atas kurang bagus dan
mengalami pembelahan yang kurang sempurna ketika dibuahi sperma. Selain itu
faktor genetis atau bawaan dari pihak ibu atau ayah yang mempunyai sel kromosom
21. Pada kasus ini 50% anak akan lahir normal atau bahkan 100% akan lahir
dengan menyandang down sindrom tergantung pada bentuk kelainan tempat dari
kromosom tersebut. jumlah kasus yang berkaitan dengan bawaan hanya terjadi
sekitar 4%.
BAB
III
IDENTIFIKASI
Gejala atau tanda-tanda yang muncul
akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali,
tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas
sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa
bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar.
Pada bagian wajah biasanya tampak sela
hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar
(macroglossia). Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek
termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada
tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput
(dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau
bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain. Karena ciri-ciri yang tampak aneh
seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
Pada bayi baru lahir kelainan dapat
berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di
mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui
kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum
(duodenal atresia). Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ
tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.
Dengan demikian dapat dibuat
instrument dengan menggunakan metode checklist yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak yang menyandang down sindrom atau tidak. Instrument
tersebut didasari pada karakteristik perkembangan sesuai usia. Dalam hal ini
usia 2 tahun. Kemudian juga didasari pada karakteristik fisik yang tampak pada
setiap penyandang down sindrom.
KISI-KISI INSTRUMEN
NO
|
ASPEK
|
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
|
JUMLAH
|
1
|
fisik
|
c. Motorik
Kasar
·
Anak sudah dapat berjalan sendiri
·
Anak mampu berjalan sambil membawa
satu atau lebih mainan di tangannya
·
Anak memulai kemampuannya untuk
berlari
·
Berdiri berjinjit
·
Menendang bola
·
Memanjat dan turun kembali dari
furniture
·
Naik-turun tangga namun masih dengan
bantuan
d. Motorik
Halus
·
Menulis dengan spontan
(mencoret-coret)
·
Mengeluarkan dan memasukan kembali
benda dari dalam dank e dalam kotak
·
Membangun menara dari 4 balok atau
lebih
·
Sudah dapat menggunakan satu tangan
secara aktif dibandingkan tangan yang lain
e.
Ciri-ciri fisik
·
tampak
sela hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal
dengan Mongoloid.
·
mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol
keluar (macroglossia)
·
Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds).
·
tangan
yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan
kedua baik pada tangan maupun kaki melebar
·
lapisan
kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics)
·
tinggi
badan yang relative pendek
·
kepala
mengecil
|
18
|
2.
|
bahasa
|
h. Menandai
objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
i. Mengenali
nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
j. Dapat
mengatakan beberapa kata
k. Menggunakan
frase
l. Menggunakan
2 sampai 4 kata dalam kalimat
m. Dapat
mengikuti perintah sederhana
n. Mengulangi
kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)
|
7
|
3
|
kognitif
|
d. Dapat
menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
e. Mulai
mengenal bentuk dan warna
f. Mulai
melakukan tahapan bermain makes-believe
play atau pura-pura
|
3
|
4
|
sosial
|
d. Mengimitasi
perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
e. Mulai
peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
f. Mulai
tertarik bermain/berteman dengan anak lain
|
3
|
5
|
emosional
|
d. Menunjukkan
munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
e. Mulai
menunjukkan perilaku yang berbeda
f. Secara
bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada
pertengahan tahun ke-2 usia anak.
|
3
|
Berdasarkan
kisi-kisi tersebut maka dapat dibuat sebuah instumen untuk melakukan
identifikasi, sebagai berikut :
Nama anak :
Tempat/Tanggal
lahir :
NO
|
ASPEK
|
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
|
Ya
|
tidak
|
1
|
fisik
|
Ciri-ciri
fisik
·
tampak sela hidung yang datar
menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.
·
mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol
keluar (macroglossia)
·
Seringkali mata menjadi sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
·
tangan yang pendek termasuk ruas
jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan
maupun kaki melebar
·
lapisan kulit biasanya tampak keriput
(dermatoglyphics)
·
tinggi badan yang relative pendek
·
kepala mengecil
|
|
|
Keterangan : berilah tanda √ pada kolom ya/tidak jika tampak cirri-ciri seperti yang tertera
pada kolom indikator
NO
|
ASPEK
|
INDIKATOR/KARAKTERISTIK
|
Scala
|
1
|
fisik
|
f. Motorik
Kasar
·
Anak sudah dapat berjalan sendiri
·
Anak mampu berjalan sambil membawa
satu atau lebih mainan di tangannya
·
Anak memulai kemampuannya untuk
berlari
·
Berdiri berjinjit
·
Menendang bola
·
Memanjat dan turun kembali dari
furniture
·
Naik-turun tangga namun masih dengan
bantuan
g. Motorik
Halus
·
Menulis dengan spontan
(mencoret-coret)
·
Mengeluarkan dan memasukan kembali
benda dari dalam dank e dalam kotak
·
Membangun menara dari 4 balok atau
lebih
·
Sudah dapat menggunakan satu tangan
secara aktif dibandingkan tangan yang lain
|
|
2.
|
bahasa
|
o. Menandai
objek atau gambar ketika disebutkan objek tersebut untuknya
p. Mengenali
nama orang, objek, dan bagian-bagian tubuh
q. Dapat
mengatakan beberapa kata
r. Menggunakan
frase
s. Menggunakan
2 sampai 4 kata dalam kalimat
t. Dapat
mengikuti perintah sederhana
u. Mengulangi
kata-kata yang terdengar keras dalam percakapan (Membeo)
|
|
3
|
kognitif
|
g. Dapat
menemukan objek walaupun tersembunyi dibalik dua atau tiga penutup
h. Mulai
mengenal bentuk dan warna
i. Mulai
melakukan tahapan bermain makes-believe
play atau pura-pura
|
|
4
|
sosial
|
g. Mengimitasi
perilaku orang lain terutama orang dewasa dan anak yang lebih tua
h. Mulai
peduli dengan diri sendiri yang berbeda dai orang lain
i. Mulai
tertarik bermain/berteman dengan anak lain
|
|
5
|
emosional
|
g. Menunjukkan
munculnya rasa ingin bebas melakukan semua sendiri
h. Mulai
menunjukkan perilaku yang berbeda
i. Secara
bertahap memisahkan antara kecemasan dengan lemah. Hal ini meningkat pada
pertengahan tahun ke-2 usia anak.
|
|
|
Apa yang sudah anak capai ?
|
Aspek perkembangan yang harus diperhatikan ?
|
Program untuk anak
|
Apa yang bisa dilakukan di rumah untuk kemajuan
anak?
|
Observer :
|
BAB
IV
INTERVENSI
Setelah
melakukan assessment menggunakan instrument yang dibuat dan tampak ada masalah,
maka dapat dilanjutkan dengan membuat program intervensi bagi anak. Namun
biasanya pada penyandang Sindrom down, identifikasi awal pada fisik yang tampak
sudah dapat menunjukkan bahwa seorang anak menyandang Sindrom down untuuk
selanjutnya pada aspek motorik kasar dan halus yang sangat terlambat.
Sebagai
contoh kasus di sebuah taman penitipan anak di Jakarta terdapat dua anak yang
teridentifikasi menyandang sindrom down. Hal tersebut tampak dari cirri-ciri
fisik anak dari wajah yang mongoloid dan lain sebagainya sesuai pada kolom
fisik. Kemudian anak tersebut terlambat pekembangan motorik kasar dan halusnya.
Pada usia 1 tahun 7 bulan belum bisa merangkak. Otot-otot dan tulang anak
tersebut belum cukup kuat untuk menopang berat badannya. Selain motorik,
perkembangan bahasanya juga terlambat. Anak tersebut baru dapat mengungkapkan
maksudnya dengan menggunakan bahasa tangisan saja.
Beberapa
peneliti mengatakan, melalui latihan bisa mengoptimalkan IQ penderita Sindrom
down sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak penderita
Sindrom down yang diberi latihan dini akan meningkat inteligensinya 20% lebih
tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah fomal.
Untuk
merangsang perkembangan, IQ, terapi stimulasi diberikan dengan melatih
gerakan-gerakan motorik anak sejak dini. Latihan dapat dilakukan sendiri oleh
anak atau dibantu oleh ahli fisioterapis. Latihan stimulasi motorik fase dasar,
misalnya latihan tengkurap sejak usia 2 bulan, berguling, duduk, hingga
berdiri. Latihan motorik kemudian dilanjutkan dengan melatih menggenggam sendok
dan garpu, atau benda-benda fungsional lainnya. Contoh lain adalah membantu
anak belajar memakai baju, menyisir dan sebagainya.
Contoh
jadwal kegiatan di taman penitipan anak
NO
|
KEGIATAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Datang ke Bina wahana bina
balita
Pemeriksaan dan pengobatan tim dokter ahli
Fisioteraphy
Snack pagi
Speechteraphy
Latihan motorik melalui bermain besama teman
Makan siang
Toileting
Kembali ke rumah
|
Orangtua
sebelumnya harus lebih dulu memahami karakteristik anak agar sikap yang diambil
atau pola asuh yang dipilih dalam mengasuh anak lebih efektif. Anak sindrom
down tidak sama, ada yang cenderung hiperaktif, tenang, tidak patuh. Namun
dalam bersosialisasi anak-anak ini tidak pelu terlalu diistimewakan. Anak-anak
ini juga harus mengetahui konsep tentang diri sendiri dan bagaimana
bersosialisasi dengan orang sekitar. Lingkungan juga harus mendukung bagi
perkembangan dan kesehatan anak sindrom down. Karena anak sindrom down mudah
terkena infeksi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sindrom down merupakan salah satu jenis
penyebab seorang individu megalami gangguan mental. Sindrom down terjadi karena
penyimpangan kromosom dalam sel tubuh. Selain retardasi mental, anak yang
mengalami sindrom down memiliki sejumlah ciri fisik lain yang dapat terlihat
pada wajah dan anggota tubuh lainnya.
Lingkungan keluarga, berupa fasilitas dan
sikap menerima dari seluruh anggota keluarga merupakan sarana bagi anak sindrom
down. Hal ini dapat memberikan warna dasar
kehidupan anak sindrom down. Dari sini anak akan berangkat menuju
kedewasaan dengan corak kepribadian yang dibawa.
B.
Saran
Sebagai orangtua maupun pendidik, harus
mengetahui cara-cara yang tepat untuk mengatasi anak sindrom down. Jangan
pernah menganggap remeh kemampuan anak sindrom down. Berilah dukungan dengan
mendampingi mereka dalam proses stimulasi agar perkembangan anak dapat lebih
optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Salim,
Abdul. Rehabilitasi Fisik dan Terapi
Okupasi, Jakarta : UNS Press, 1995
Dever,
R.B. dan knapezyk. Teaching Peson With
Mental Retardation, USA : Graw Hill Inc
Suwarno,
Erwin. Aspek Klinis Kelainan dan
Keturunan, Surabaya : Yayasan Genetika, 1992
Departemen
Kesehatan, Stimulasi Dini Perkembangan
Anak, Jakarta : Departemen Kesehatan dan UNICEF
Shelov,
P. Steven, et.all. Caring for Your Baby
and Young Child, New York : Bantam Books, 1991
Joanne,
Hendrick. The Whole Child, Toronto :
a Bell and Howel company, 1986
Dodge,
Diane Trister dan Colker, J. Laura, Creative
Curriculum, Washington DC : Teaching Strategies Inc., 2001
Hasan,
Maimun. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
Yogyakarta : DIVA Press, 2009
Jamaris Martini,Kesulitan
Belajar (Perspektif, Assesment, dan penanggulangannya) Jakarta: Yayasan
Penamas Murni,2009
Crain, William, Teori Perkembangan, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2007.
Wortham, Sue. C, Assesment in Early Childhood Education,
New Jersey : Pearson, 2005.