A.
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS
ANAK USIA DINI
Kapan sebaiknya mulai mengembangkan
kreativitas anak?” tanya seorang ibu
kepada penulis,” pada usia sedini mungkin!” jawab penulis.”kapan itu sedini
meungkin?” tanya ibu itu lagi. Penulis jawab,sejak dilahirkan.” Bahkan sekarang
para ahli menganjurkan untuk mulai memberi stimulasi mental kepada janin pada
bulan-bulan terakhir sebelum ia lahir.
Banyak orang berpendapat bahwa memberi
perangsangan mental kepada anak cukup dimulai setelah ia masuk sekolah dasar
bahkan ada yang berpendapat bahwa mulai belajar sesuatu pada usia dini akan membahayakan perkembangan anak di
kemudian hari.suzuki( 1986) tidak setuju dengan kedua pendapat itu. Ia
menekankan pentingnya mengembangkan bakat anak sejak lahir.suatu ketika darwin
(dikutip suzuki) bercakap-cakap dengan seorang ibu.”sebaiknya pada umur berapa
seorang anak mulai dididik?”.ibu itu bertanya, “berapa umur anak ibu ?” tanya
Darwin.”satu setengah tahun.” “wah,kalu begitu anda sudah terlambat satu
setengah tahun.” Jelas bahwa sejak kelahiran adalah saat yang tepat untuk
memulai suatu pendidikan atau pelatihan, termasuk pengembangan kreativitas
anak.
-
Kreativitas alamiah anak prasekolah
Apabila anda menyempatkan untuk
mengamati perilaku anak umur empat tahun yang sedang” in action”,perilaku apa
yang anda lihat? Pada suatu saat ia membangun menara dari balok-balok.
Tiba-tiba ia melihat salah seorang temannya bermain dengan boneka tangan . ia
bertanya,”apa itu?” dan ia juga ingin mempunyai boneka tangan semacam itu
dan dengan asyik memainkannnya.tak lama sesudah itu ia membuat coret-coretan
berwarna diatas secarik kertas. Ia
menanykan warna-warna itu; ia juga bertanya kepada ibunya mengapa langit itu
biru dan rumput itu hijau. Sebentar lagi ia bermain dikontak pasir,mencoba
membuat istana dengan menara dari
pasir,tetapi ternyata mudah roboh.ia belajar sesuatu: bahwa lebih mudah membuat
menara dari balok-balok ,dari pada
pasir,sehingga ia tertarik kembali untuk bermain balok-balok.
Sungguh menarik untuk mengamati
anak-anak yang mempelajari dunia disekeliling mereka.dari pengamatan ini
beberapa ciri perilaku yang mencerminkan
kreativitas alamiah anak usia prasekolah menjadi nyata,seperti:
·
Senang menjajaki
lingkungannya.
·
Mengamati dan memegang
sesuatu,mendekati segala macam tempat atau pokok,seakan akan haus akan
pengalaman.
·
Rasa ingin tahu mereka
besar,karena itu mereka suka mengajukan pertanyaan,dan seakan-akan tidak pernah
puas dengan jawaban yang diberikan, yang menyebabkan banyak orangtua merasa
tidak berdaya menghadapi pertanyaan anaknya.Misalnya seorang anak yang berumur
tiga tahun menanyakan tentang asal-usul matahari dan siapa yang membuatnya.
·
Anak usia prasekolah selalu
ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru: ia senang” berptualang” dan
terbuka terhadap rangsangan-rangsangan baru,yang mana sering mencemaskan
orangtuanya.
·
Mereka senang melakukan
“eksperimen” hal ini tampak dari perilakunya senang mencoba-coba dan melakukan
hal- hal yang sering membuat orangtuanya atau guruny keheran heranan dan tidak
jarang pula merasa tidak berdaya
menghadapi tingkah laku anak
seperti suka membongkar bongkar barang kesayangan ayah,ibu,kakak, atau
alat permainannya sendiri, sehingga kadang-kadang sukar diperbaiki lagi.
1) Kreativitas dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Di tinjau dari
perkembangan kognitifn anak yang berusia 4-5 atau 6 tahun adalah anak yang
berada dalam fase pra operasional. Perkembangan kognitif dalam fase ini
ditandai dengan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan representasi
mental,yaitu suatu kemampuan untuk menghadirkan benda,objek,orang, dan
peristiwa secara mental.
Kemampuan
menghadirkan suatu objek,orang,dan peristiwa
secara mental di sebut juga kemapuan berfikir simbolis.bentuk – bentuk
berfikir ini ditampilkan anal dalam bebagai aktivitas yang
dilakukannya,misalnya pada waktu bermain.
Pada waktu bermain,anak
mengoperasikan kemampuanya dalam berpikir simbolis dengan jalan
berfantasi.contohnya,desi,seorang anak berusia 4 tahun,berbicara dengan
bonekanya dan berpura-pura memberi makan bonekanya, “ ayo,ani makan. Nih bubur
ayamnya enak.buka mulutnya,sayang.”
Akvitas yang
dilakukan oleh desi adalah aktivitas yang mengeoprasikan kemampuan berpikir simbolis.inidapat dilihat
dari caranya berbicara pada waktu memberi makan kepada bonekanya.
2) Strategi Pengembangan Kreativitas dan Pengembangan
Kemampuan Kognitif
Pengembangan kreativitas anak di taman kanak- kanak perli
dikemas dengan strategi yang dapat mendorong munculnya kreativitas anak.
Treffinger ( 1980: 64), mengemukakan penyususnan startegi pengembangan
kreativitas seperti di jelaskan di bawah ini.berdasarkan model pengembangan
kreativitas tersebut diatas,maka dapat di simpulkan bahwa:
Ø
Pengembangan
kreativitas dilakukan secara bertahap
yang dimulai dari tahap I ke tahap II dan selanjutnya ketahap III.
Ø
Pengembangan
kreativitas berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan berfikir dan usaha
mengembangkan sikap yang dituntut dalam pengembangan kreativitas tersebut.
Ø
Kemampuan
untuk berpindah dari tahap I ketahap selanjutnya sangat di pengaruhi oleh
tingkat perkemabngan dalam bentuk sikap terhadap kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk sikap terhadap yang dilakukan dalam rangka pengembangan kreativitas.
Kognitif
Indevenden
Inkuiri Mengarahkan diri Pemamfaatan Sumber Pengembanagan Produk
|
Tahap Aplikasi
|
Afektif Internalisasi
nilai-nilai keteguhan dalam mengaktualisasikan kemampuan diri,keterlibatan
dalam berbagai tantangan secara nyata.
|
Kognitif
Analisis
Sintesi
Evaluasi
Keterampilan
Melakukan
Imajinasi
|
Tahap
II proses berpikir dan kepekaan
|
Afektif
Kesadaran
/atau keterbukaan terhadap konflik,relaksasi,dan pengembanagan
Pengembangan nilai-nilai.
Peningkatan rasa aman,proses pengembangan fantasi dan penelitian.
|
Kognitif
Kelancaran
Fleksibel
Originalitas
Elaborasi
|
Tahap I fungsi Divergen
|
Afektif
Rasa ingin tahu
kemauanuntuk memberikan respons.kesedian menerima pengalaman.berani mengambil
resiko.kepekaan terhdap adanya masalah.kesabaran terhadap
ketidakpastian,percaya diri
|
B.
KENDALA DALAM PENGEMBANGAN
KREATIVITAS
Dalam mengembangkan dan mewujudkan
potensi kreatifnya,seseorang pakah dia anak atau orang dewasa dapat mengalami
berbagai hambatan,kendala,rintangan yang dapat merusak bahkan mematikan
kreativitasnya. Sumber kendala itu dapat bersifat internal, yaitu berasal dari
individu itu sendiri,dan dapat bersifat eksternal yaitu terletak pada
lingkungan makro (kebudayaan,masyarakat) maupun lingkungan mikro
(keluarga,sekolah,teman sebaya).
·
Sumber kendala
Shallcross ( 1985) menggolongkan kendala
atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam historis,biologis,
fisiologis,dan sosiologis.
a) Kendala
Historis
Di tinjau secara historis
ada kurun waktu tertentu yang merupakan puncak kejaan kreativitas. Sebaliknya
pula kurun waktu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan
kreativitas perorangan maupun kelompok..
Shallcrossmenyebut sebagai contoh di dunia
barat, kehidupan pada abad Victoria tidak memberikanbanyak kebebasan untuk
perilaku termasuk pemikiran anggota masyarakatnya.sehubungan dengan ini timbul
pertanyaan, sejauh mana kebudayaan indonesia saat ini mampu membuat iklim yang
kondusif untuk pengembangan kreativitas, atau kendala-kendala apakah,jika ada penghambat
produktivitas kreatif masyarakat indonesia, dibandingkan misalnya dengan zaman
colonial belanda selama tiga abad, dan dibandingkan dengan masa pendudukan
jepang selama tiga tahun?.
b) Kendala
Biologis
Dari sudut tinjau biologis,beberapa pakar
menekankan kreatif merupakan ciri herediter,sementara pakar lainnya percaya
bahwa lingkunganlah yang menjadi faktor penentu utama.harus diakui bahwa gen
yang di warisi berperan dalam menentukan batas-batas intelegensi,tetapi sering
dalam hal intelegensi kreatif,hereditas lebih banyak di gunakan sebagai alasan
daripada merupakan kenyataan.
c) Kendala
Fisiologis
Seorang dapat mengalami kendala faali karena
terjadi kerusakan otak penyakit atau karena kecelakaan. Atau seseorang
menyandang salah satu ketunaan fisik yang menghambatnya untuk mengungkapkan
kreativitasnya.namun ada seorang pelukis yang cacat fisik,Bethoven ketika tuli
masih dapat mengubah simfoni,Helen keller seorang tunanetra dan tunarungu dapat
menjadi penyair dan pengarang.
d) Kendala
Sosiologis
Lingkungan sosial mempunyai dampak terhadap
ungkapan kreati kita.setiap masyarakat memiliki nilai,norma,dan tradisi
tertentu,kegiatan,minat,dan perilaku kolektif,
Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menetukan kemampuan kita
untuk menggunakan potensi kreatif dan unutuk mengungkapkan keunikan
kita.ungkapan kreatif melibatkan resiko pribadi.sering orang mundur dari
pernyataan pikiran atau pendapat agar merasa di terima. Implikasinya jelas bagi
mereka yang berupaya yang menumbuhkan
perilaku kratif melalui mengajar.
e) Kendala
Psikologis
Dari semua kategori kendala terhadap
produktivitas kreatif yang tersebut di muka-historis,biologis, fisiologis,dan
sosiologis, kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian pendidik
adalah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif.
LINGKUNGAN YANG MENUNJANG DAN
MENGHAMBAT KREATIVITAS
Jenis Lingkungan yang
terlibat
|
Lingkungan yang menunjang
|
Lingkungan yang menghambat
|
Sarana Prasarana
|
Suasana
kelas (pengaturan fisik di kelas)bersifat fleksibel
|
Suasana kelas kaku
|
Orang
Dewasa(guru,kepala sekolah)
|
Sering
mengajukan pertanyaan terbuka ( mengapa,bagaimana,kira-kira, pendapat kamu
tentang…..)
|
Selalu mengajukan
pertanyaan tertutup
|
Program pembelajaran
|
Kegiatan-kegiatan
yang disajikan penuh tantangan sesuai dengan usia dan karakteristik anak.
|
Kegiatan yang disajikan
sulit,membuat anak frustasi
|
Orang
dewasa (guru,kepala sekolah)
|
Berperan sebagai
model,fasilitator,mediator,inspirator
|
Berperan sebagai
instruktur
|
Idem
|
Mendorong
anak unutk belajar mandiri
|
Cendrung membantu dan
melayani
|
Program pembelajaran
|
Anak
ikut ambil bagian pada pembelajaran
|
Tidak
melibatkan anak secara aktif
|
Idem
|
Menekankan pada
“proses”belajar.
|
Lebih mementngkan
“produk”atau hasil belajar
|
Orang
dewasa (guru,kepala sekolah)
|
Menghindari
memberikan contoh dan mengarahkan pemikiran anak
|
Cendrung
memberikan contoh dan berada di depan anak untuk mengarahkan
|
Idem
|
Sebagai mitra belajar
|
Sebagai sumber belajar dan
penyampai imformasi satu-satunya
|
Guru sebagai salah satu lingkungan yang
dapat menunjang kreativitas berperan sebagai model,fasilitaor,mediator,dan
inspirator bagi anak dalam usaha memunculkan perilaku kreatif. Untuk itu,guru
harus memiliki tanggung jawab:
1) Kemampuan
menerima keunikan individu.
2) Bersedia
menerima cara pandang anak.
3) Kemampuan menyediakan program-program yang menantang anak
bereksplorasi.
C.
IMPLIKASI
BERFIKIR SIMBOLIS DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK.
Menurut Munandar, Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi , atau unsure-unsur yang
ada. Sehingga dapat juga dikatakan,
kreativitas adalah kemampuan seseorang memecahkan masalah berdasarkan data atau
informasi yang tersedia dan dapat menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah tersebut. Penekanan
hal ini terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara
operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitias dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
gagasan (1999 : 47).
Menurut Clark terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi kreativitas yang
dikenal dengan model integratif (Jamaris , 2006:66) :
1. Kognitif
Kemampuan berpikir yang
dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen.
2. Intuisi
dan imajinasi
Kreativitas berkaitan dengan
aktivitas belahan otak kanan dan di belahan otak kanan ini intuisi serta
imajinasi dihasilkan.
3. Penginderaan
Kreatifitas
dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan secara peka. Sehingga
seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan
orang lain
4. Kecerdasan
emosi
Dalam hal ini kecerdasan
emosi berkaitan dengan sikap seseorang yang kreatif ketika menghadapi berbagai
masalah yang akan dipecahkan.
·
Einon membagi tahap
perkembangan keterampilan kreatif sebagai tanah liat/playdough
Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas,maka perlu
dilakukan bertbagai usaha untuk mengembangkan kreativitas anak dalam fase
praoperasional,khususnya dalam
menciptakan kondisi-kondisi yang kondusif bagi usaha tersebut,seperti
yang diuraikan di bawah ini.
a) Memberikan berbagai kesempatan untuk kemunculan perilaku
yang kreatif.permainan simbolis yang dilakukan anak merupakan wahana yang dapat
di mamfaatkan dalam mengembangkan
kreativitas anak.oleh sebab itu di taman kana-kanak,merupakan suatu
keharusan untuk menyediakan sudut bermain yang dapat digunakan anak untuk
melakukan berbagai fantasi atau imajinasi yang ditampilkan anak dalam melakukan
aktivitas bermainnya merupakan wujud dan kreativitas anak tersebut.
b) Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi yang
ditampilkannya memiliki nilai-nilai tertentu.
c) Meminta anak untuk menceritakan tentang
fantasinya.misalnya,menanyakan apa yang digambar anak.
d) Hindari memberikan contoh atau mengarahkan pemikiran
anak. Biarkan anak menentukan sendiri kegiatan dan cara-cara melakukan kegiatan
yang dipilihnya sendiri,selama hal tersebut tidak membahayakan anak.tindakan
ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan karakteristik
kreativitas lainnya,yaitu originalitas dan fleksibilitas.