PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA
Pendidikan dimulai sejak dini atau sejak
dalam kandungan. Dalam hal ini sejak orang tua mengandung, janin dalam
kandungan juga berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan yang dilakukan berupa
rangsangan-rangsangan agar neuron otak yang baru saja berkembang dapat
berkembang dengan optimal sejak dalam kandungan. Pendidikan anak Usia dini
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Program pengembangan
mencakup pengembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa,
sosial-emosional, dan seni.program pengembangan dilakukan melalui serangkaian
proses pemberian rangsangan pendidikan oleh pendidik, respon peserta didik,
intervensi pendidik, dan penguatan oleh pendidik.(Peraturan Menteri
Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini).
Pendidikan Anak Usia dini merupakan fondasi
dasar bagi pendidikan selanjutnya. Berarti berkaitan dengan school readiness atau kesiapan sekolah, dalam hal ini
berkaitan dengan input yaitu quality of entering student.
Kesiapan sekolah bukan hanya berkaitan dengan kemampuan anak mengenal huruf dan
angka tapi lebih dari itu. Kesiapan sekolah berkaitan dengan knowledge/understanding, skills, disposisi, dan feeling
anak (Kill Patrick), karena anak
usia dini ini kelak nantinya akan
menjadi pembelajar yang tangguh, berjiwa pemimpin, dan masyarakat yang
produktif. Dengan demikian pada tahap usia dini anak tidak hanya memperoleh
pengetahuan tetapi juga contoh dan pembiasaan yang baik agar dapat
terinternalisasi dan dapat menetap hingga anak dewasa kelak dan siap menghadapi
era globalisasi. Pada tahap ini anak belajar melalui bermain dan melakukan.
Anak belajar memang karena anak ingin belajar. Ketika bermain tanpa anak sadari
anak sedang belajar (Konstruktivisme).
Hal ini sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, anak masih masuk dalam tahap sensory motor dan pra operational konkret. Anak menerima informasi melalui sentuhan
atau interaksi langsung dengan panca indera. Dengan demikian pada tahap ini
anak belajar untuk tahu dan melakukan (learning
to know dan learning to do).
Dalam hal ini pendekatan konstruktivisme berperan dalam kegiatan belajar.
Pada tahap usia dini agar informasi
dapat menetap mantap dalam long term
memory menurut Gagne, anak memerlukan stimulasi yang berkesan dan menarik
perhatiannya. Suatu informasi dapat menjadi memori jangka panjang melalui latihan dan pengulangan terus-menerus
(Watson). Memori jangka panjang juga
dapat terjadi karena adanya suatu kejadian yang langsung disimpan di dalam
memori. Dalam hal ini pendekatan
kognitivisme dan behaviouristik berperan dalam pemrosesan infromasi.
School readiness bukan
hanya dari pihak anak saja yang dipersiapkan, tetapi juga sekolah dan masyarakat.
Keluarga juga menjadi komponen penting dalam kesiapan sekolah anak dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang. sebagai contoh dengan
mengembangan zona proximal anak dengan berperan sebagai pembimbing bagi anak
ketika diperlukan. Hal ini dinamakan scafolding
(kognitivisme, vygotski) Begitu
juga lingkungan sekitar yang mendukung dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk berkembang (konstruktivisme).
Pada tahap di alur Process Sekolah harus
siap menerima siswa-siswa bukan hanya siswa yang memiliki intelektual tinggi
tetapi juga seluruh anak Indonesia yang ingin bersekolah. Kesiapan sekolah
sebagai lembaga pendidikan meliputi perencanaan pembelajaran yang matang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak dan juga minat anak (Humanisme). Kelas ditata sedemikian rupa agar menarik untuk anak.
Mendisplay kelas sesuai tema atau
topik yang akan dibicarakan dan dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar konsep
yang ingin ditanamkan kepada anak dapat tuntas tersampaikan dan terserap dalam
memori anak. Sehingga kelak anak dapat memecahkan permasalahan dengan mudah
karena konsep sudah dapat dipahami oleh anak dengan baik (Kognitivisme). Dengan demikian penataan kelas harus sesuai dengan lesson plan yang dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak (Konstruktivisme).
Lesson plan disusun sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak. Oleh karena itu pendidik harus memahami karakteristik setiap anak didik
yang berbeda-beda dan memerlukan penangan yang berbeda-beda. Pada tahap usia
dini pendekatan humanisme dilakukan. Sehingga Anak yang memiliki kebutuhan
khusus yang memerlukan penanganan khusus dapat memperoleh kesempatan untuk
belajar bersama dengan anak lainnya. Karena setiap anak sebagai individu
memiliki kebutuhan untuk memperoleh rasa cinta dan dihargai untuk kemudian pengetahuan
serta mengaktualisasikan dirinya (Humanisme,
Maslow).
Selain
penataan kelas sekolah memerlukan rancangan kegiatan pembelajaran yang disusun
dalam kurikulum. Guru sebelum mengajar perlu melakukan perencanaan dan
merancang kegiatan yang akan dilakukan di kelas. Hal ini agar pengembangan dan
pembelajaran yang dilakukan dapat terarah sesuai dengan sasaran fokus
perkembangan dan sesuai dengan usia anak. Kurikulum yang disusun sebelumnya
harus melalui pengkajian terlebih dahulu melalui penelitian pengembangan
sehingga dapat teruji secara public melalui diseminasi dan sosialisasi. Pengkajian
dan penelitian dalam penyusunan kurikulum dilakukan dan disempurnakan setiap
beberapa tahun untuk melihat kebutuhan hasil lulusan disetiap zamannya di masyarakat
agar ilmu pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan perkembangan zaman dan
lulusan memiliki daya saing sesuai dengan kemajuan zaman. Lulusan juga mampu
terampil menguasai teknologi yang berkembang pada zamannya namun tetap berakar
pada budaya Indonesia (learning to live
together). Dengan demikian perlu secara berkala dilakukan asessment dan
evaluasi terhadap kurikulum yang disusun. Untuk itu perlu sekali memperhatikan knowledge/understanding, skills, disposisi, dan feeling
anak sebagai tujuan mempersiapkan anak ke sekolah. Karena kesiapan sekolah
bukan hanya berkenaan dengan kesiapan anak untuk menempuh pendidikan ketika
usia dini untuk tingkat selanjutnya saja tetapi sebagai fondasi dasar bagi
karakter, keterampilan, keahlian dan profesionalitas seseorang kelak dimasa
mendatang.
Pada
sekolah menegah dan pendidikan tinggi, pendidikan juga semakin diarahkan pada
minat dan kebutuhan anak didik (Humanisme),
sebagai contoh jika anak ingin cepat memperoleh pekerjaan maka anak dapat
memilih bersekolah di sekolah kejuruan ( SMK). Karena di sekolah kejuruan
kurikulum lebih banyak menekankan tentang keterampilan kerja siswa dilapangan.
Jika anak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maka anak dapat
memilih sekolah menengah atas (SMA) yang kurikulumnya berisi tentang persiapan
dasar dari ilmu-ilmu yang akan diterima oleh siswa ketika di perguruan tinggi.
Dasar ilmu ini secara teoretis dan mendalam akan dipelajari diperguruan tinggu
sesuai dengan jurusan atau program studi yang dipilih anak (learning to be).
Pemerintah
dalam hal ini sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan kebijakan bekerja sama
dengan badan yang bertugas untuk mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan
terhadap kurikulum nasional di Indonesia (Kemendikbud dan Kemenristekdikti)
perlu mengatur dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tengan sistem pendidikan
nasional yang adil dan merata, karena kurikulum nasional ini yang kemudian akan
diturunkan menjadi kurikulum di setiap lembaga pendidikan di Indonesia.
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan mengeluarkan peraturan-peraturan yang
mendukung pelaksanaan sistem pendidikan nasional di Indonesia yang demokratis
tidak memihak golongan tertentu dan tidak bersifat politis. Kurikulum yang
dikembangkan memang untuk memajukan Indonesia agar mampu bersaing secara
internasional. Menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil sesuai
dengan kemajuan teknologi dan globalisasi namun tetap memiliki jiwa Indonesia
di akhir alur sebagai long term output when children grow up
Referensi Bacaan :
Hergenhanhn, B.R, dan
Olson, H. Matthew, Theories of Learning,
(Jakarta : Kencana, 2014)
Woolfolk, Anita, Education PsychologyI,(Pearson Education
Inc.2007)
Jamaris, Martini, Orientasi baru dalam Psikologi Pendidikan
(Jakarta : Yayasan Penamas Murni, 2010)
Crain, William, Teori Perkembangan, konsep dan aplikasi,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007)
Chatib, Munif,Gurunya Manusia (Bandung : Mizan Media
Utama, 2013)
Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 146 tahun 2014, tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Izin berkunjung dan nyimak langsung artikelnya gan? Semoga kunjungan saya kali ini membawa berkah AMIIIN!!!
BalasHapushttp://willmeazzaherbal.blogspot.com/2015/05/pengobatan-pendarahan-lambung.html