Senin, 30 Oktober 2017

STIMULASI PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA 0-5 TAHUN (Bagian II)



A.           MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Kapan sebaiknya mulai mengembangkan kreativitas  anak?” tanya seorang ibu kepada penulis,” pada usia sedini mungkin!” jawab penulis.”kapan itu sedini meungkin?” tanya ibu itu lagi. Penulis jawab,sejak dilahirkan.” Bahkan sekarang para ahli menganjurkan untuk mulai memberi stimulasi mental kepada janin pada bulan-bulan terakhir sebelum ia lahir.
Banyak orang berpendapat bahwa memberi perangsangan mental kepada anak cukup dimulai setelah ia masuk sekolah dasar bahkan ada yang berpendapat bahwa mulai belajar sesuatu pada usia  dini akan membahayakan perkembangan anak di kemudian hari.suzuki( 1986) tidak setuju dengan kedua pendapat itu. Ia menekankan pentingnya mengembangkan bakat anak sejak lahir.suatu ketika darwin (dikutip suzuki) bercakap-cakap dengan seorang ibu.”sebaiknya pada umur berapa seorang anak mulai dididik?”.ibu itu bertanya, “berapa umur anak ibu ?” tanya Darwin.”satu setengah tahun.” “wah,kalu begitu anda sudah terlambat satu setengah tahun.” Jelas bahwa sejak kelahiran adalah saat yang tepat untuk memulai suatu pendidikan atau pelatihan, termasuk pengembangan kreativitas anak.
-       Kreativitas alamiah  anak prasekolah
            Apabila anda menyempatkan untuk mengamati perilaku anak umur empat tahun yang sedang” in action”,perilaku apa yang anda lihat? Pada suatu saat ia membangun menara dari balok-balok. Tiba-tiba ia melihat salah seorang temannya bermain dengan boneka tangan . ia bertanya,”apa itu?” dan ia juga ingin mempunyai boneka tangan  semacam itu  dan dengan asyik memainkannnya.tak lama sesudah itu ia membuat coret-coretan berwarna diatas  secarik kertas. Ia menanykan warna-warna itu; ia juga bertanya kepada ibunya mengapa langit itu biru dan rumput itu hijau. Sebentar lagi ia bermain dikontak pasir,mencoba membuat istana  dengan menara dari pasir,tetapi ternyata mudah roboh.ia belajar sesuatu: bahwa lebih mudah membuat menara  dari balok-balok ,dari pada pasir,sehingga ia tertarik kembali untuk bermain balok-balok.
Sungguh menarik untuk mengamati anak-anak yang mempelajari dunia disekeliling mereka.dari pengamatan ini beberapa ciri perilaku yang mencerminkan  kreativitas alamiah anak usia prasekolah menjadi nyata,seperti:
·         Senang menjajaki lingkungannya.
·         Mengamati dan memegang sesuatu,mendekati segala macam tempat atau pokok,seakan akan haus akan pengalaman.
·         Rasa ingin tahu mereka besar,karena itu mereka suka mengajukan pertanyaan,dan seakan-akan tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan, yang menyebabkan banyak orangtua merasa tidak berdaya menghadapi pertanyaan anaknya.Misalnya seorang anak yang berumur tiga tahun menanyakan  tentang asal-usul  matahari dan siapa yang membuatnya.
·         Anak usia prasekolah selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru: ia senang” berptualang” dan terbuka terhadap rangsangan-rangsangan baru,yang mana sering mencemaskan orangtuanya.
·         Mereka senang melakukan “eksperimen” hal ini tampak dari perilakunya senang mencoba-coba dan melakukan hal- hal yang sering membuat orangtuanya atau guruny keheran heranan dan tidak jarang pula merasa tidak berdaya  menghadapi tingkah laku anak  seperti suka membongkar bongkar barang kesayangan ayah,ibu,kakak, atau alat permainannya sendiri, sehingga kadang-kadang sukar diperbaiki lagi.
1)    Kreativitas dan Perkembangan Kognitif Anak Usia  Taman Kanak-Kanak
Di tinjau dari perkembangan kognitifn anak yang berusia 4-5 atau 6 tahun adalah anak yang berada dalam fase pra operasional. Perkembangan kognitif dalam fase ini ditandai dengan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan representasi mental,yaitu suatu kemampuan untuk menghadirkan benda,objek,orang, dan peristiwa secara mental.
Kemampuan menghadirkan suatu objek,orang,dan peristiwa  secara mental di sebut juga kemapuan berfikir simbolis.bentuk – bentuk berfikir ini ditampilkan anal dalam bebagai aktivitas yang dilakukannya,misalnya pada waktu bermain.
Pada waktu bermain,anak mengoperasikan kemampuanya dalam berpikir simbolis dengan jalan berfantasi.contohnya,desi,seorang anak berusia 4 tahun,berbicara dengan bonekanya dan berpura-pura memberi makan bonekanya, “ ayo,ani makan. Nih bubur ayamnya enak.buka mulutnya,sayang.”
Akvitas yang dilakukan oleh desi adalah aktivitas yang mengeoprasikan  kemampuan berpikir simbolis.inidapat dilihat dari caranya berbicara pada waktu memberi makan kepada bonekanya.
2)    Strategi Pengembangan Kreativitas dan Pengembangan Kemampuan Kognitif
Pengembangan kreativitas anak di taman kanak- kanak perli dikemas dengan strategi yang dapat mendorong munculnya kreativitas anak. Treffinger ( 1980: 64), mengemukakan penyususnan startegi pengembangan kreativitas seperti di jelaskan di bawah ini.berdasarkan model pengembangan kreativitas tersebut diatas,maka dapat di simpulkan  bahwa:
Ø  Pengembangan kreativitas dilakukan  secara bertahap yang dimulai dari tahap I ke tahap II dan selanjutnya ketahap III.
Ø  Pengembangan kreativitas berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan berfikir dan usaha mengembangkan sikap yang dituntut dalam pengembangan kreativitas tersebut.
Ø  Kemampuan untuk berpindah dari tahap I ketahap selanjutnya sangat di pengaruhi oleh tingkat perkemabngan dalam bentuk sikap terhadap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk sikap terhadap yang dilakukan dalam rangka pengembangan kreativitas.





Kognitif
Indevenden Inkuiri Mengarahkan diri Pemamfaatan Sumber Pengembanagan Produk
Tahap Aplikasi
Afektif Internalisasi nilai-nilai keteguhan dalam mengaktualisasikan kemampuan diri,keterlibatan dalam berbagai tantangan secara nyata.
Kognitif
Analisis
 Sintesi
Evaluasi
Keterampilan
Melakukan Imajinasi
Tahap II proses berpikir dan kepekaan
Afektif
Kesadaran /atau keterbukaan terhadap konflik,relaksasi,dan pengembanagan
Pengembangan nilai-nilai. Peningkatan rasa aman,proses pengembangan fantasi dan penelitian.
Kognitif
Kelancaran
Fleksibel
Originalitas
Elaborasi
Tahap I fungsi Divergen
Afektif
Rasa ingin tahu kemauanuntuk memberikan respons.kesedian menerima pengalaman.berani mengambil resiko.kepekaan terhdap adanya masalah.kesabaran terhadap ketidakpastian,percaya diri
B.           KENDALA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya,seseorang pakah dia anak atau orang dewasa dapat mengalami berbagai hambatan,kendala,rintangan yang dapat merusak bahkan mematikan kreativitasnya. Sumber kendala itu dapat bersifat internal, yaitu berasal dari individu itu sendiri,dan dapat bersifat eksternal yaitu terletak pada lingkungan makro (kebudayaan,masyarakat) maupun lingkungan mikro (keluarga,sekolah,teman sebaya).
·         Sumber kendala
Shallcross ( 1985) menggolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam historis,biologis, fisiologis,dan sosiologis.
a)    Kendala Historis
Di tinjau secara historis ada kurun waktu tertentu yang merupakan puncak kejaan kreativitas. Sebaliknya pula kurun waktu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan kreativitas perorangan maupun kelompok..
Shallcrossmenyebut sebagai contoh di dunia barat, kehidupan pada abad Victoria tidak memberikanbanyak kebebasan untuk perilaku termasuk pemikiran anggota masyarakatnya.sehubungan dengan ini timbul pertanyaan, sejauh mana kebudayaan indonesia saat ini mampu membuat iklim yang kondusif untuk pengembangan kreativitas, atau kendala-kendala apakah,jika ada penghambat produktivitas kreatif masyarakat indonesia, dibandingkan misalnya dengan zaman colonial belanda selama tiga abad, dan dibandingkan dengan masa pendudukan jepang selama tiga tahun?.
b)    Kendala Biologis
Dari sudut tinjau biologis,beberapa pakar menekankan kreatif merupakan ciri herediter,sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkunganlah yang menjadi faktor penentu utama.harus diakui bahwa gen yang di warisi berperan dalam menentukan batas-batas intelegensi,tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif,hereditas lebih banyak di gunakan sebagai alasan daripada merupakan kenyataan.
c)    Kendala Fisiologis
Seorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak penyakit atau karena kecelakaan. Atau seseorang menyandang salah satu ketunaan fisik yang menghambatnya untuk mengungkapkan kreativitasnya.namun ada seorang pelukis yang cacat fisik,Bethoven ketika tuli masih dapat mengubah simfoni,Helen keller seorang tunanetra dan tunarungu dapat menjadi penyair dan pengarang.
d)    Kendala Sosiologis
Lingkungan sosial mempunyai dampak terhadap ungkapan kreati kita.setiap masyarakat memiliki nilai,norma,dan tradisi tertentu,kegiatan,minat,dan perilaku kolektif,
Lingkungan sosial merupakan  faktor utama yang menetukan kemampuan kita untuk menggunakan potensi kreatif dan unutuk mengungkapkan keunikan kita.ungkapan kreatif melibatkan resiko pribadi.sering orang mundur dari pernyataan pikiran atau pendapat agar merasa di terima. Implikasinya jelas bagi mereka yang berupaya yang menumbuhkan  perilaku kratif melalui mengajar.
e)    Kendala Psikologis
Dari semua kategori kendala terhadap produktivitas kreatif yang tersebut di muka-historis,biologis, fisiologis,dan sosiologis, kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif.




LINGKUNGAN YANG MENUNJANG DAN MENGHAMBAT KREATIVITAS
Jenis Lingkungan yang terlibat
Lingkungan yang menunjang
Lingkungan yang menghambat
Sarana Prasarana
Suasana kelas (pengaturan fisik di kelas)bersifat fleksibel
Suasana kelas kaku
Orang Dewasa(guru,kepala sekolah)
Sering mengajukan pertanyaan terbuka ( mengapa,bagaimana,kira-kira, pendapat kamu tentang…..)
Selalu mengajukan pertanyaan tertutup
Program pembelajaran
Kegiatan-kegiatan yang disajikan penuh tantangan sesuai dengan usia dan karakteristik anak.
Kegiatan yang disajikan sulit,membuat anak frustasi
Orang dewasa (guru,kepala sekolah)
Berperan sebagai model,fasilitator,mediator,inspirator
Berperan sebagai instruktur
Idem
Mendorong anak unutk belajar mandiri
Cendrung membantu dan melayani
Program pembelajaran
Anak ikut ambil bagian pada pembelajaran
Tidak melibatkan anak secara aktif
 Idem
Menekankan pada “proses”belajar.
Lebih mementngkan “produk”atau hasil belajar
Orang dewasa (guru,kepala sekolah)
Menghindari memberikan contoh dan mengarahkan pemikiran anak
Cendrung memberikan contoh dan berada di depan anak untuk mengarahkan
Idem
Sebagai mitra belajar
Sebagai sumber belajar dan penyampai imformasi satu-satunya

Guru sebagai salah satu lingkungan yang dapat menunjang kreativitas berperan sebagai model,fasilitaor,mediator,dan inspirator bagi anak dalam usaha memunculkan perilaku kreatif. Untuk itu,guru harus memiliki tanggung jawab:
1)    Kemampuan menerima keunikan individu.
2)    Bersedia menerima cara pandang anak.
3)    Kemampuan menyediakan program-program yang menantang anak bereksplorasi.
C.           IMPLIKASI BERFIKIR SIMBOLIS DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK.
Menurut  Munandar, Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi , atau unsure-unsur yang ada.  Sehingga dapat juga dikatakan, kreativitas adalah kemampuan seseorang memecahkan masalah berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan dapat menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah tersebut. Penekanan hal ini terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitias dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan (1999 : 47).
Menurut Clark terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi kreativitas yang dikenal dengan model integratif (Jamaris , 2006:66) :

1.    Kognitif
Kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen.
2.    Intuisi dan imajinasi
Kreativitas berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan dan di belahan otak kanan ini intuisi serta imajinasi dihasilkan.
3.    Penginderaan
Kreatifitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan secara peka. Sehingga seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan orang lain
4.    Kecerdasan emosi
Dalam hal ini kecerdasan emosi berkaitan dengan sikap seseorang yang kreatif ketika menghadapi berbagai masalah yang akan dipecahkan.
·         Einon membagi tahap perkembangan keterampilan kreatif sebagai tanah liat/playdough

Bertitik tolak  dari uraian tersebut diatas,maka perlu dilakukan bertbagai usaha untuk mengembangkan kreativitas anak dalam fase praoperasional,khususnya dalam  menciptakan kondisi-kondisi yang kondusif bagi usaha tersebut,seperti yang diuraikan di bawah ini.
a)    Memberikan berbagai kesempatan untuk kemunculan perilaku yang kreatif.permainan simbolis yang dilakukan anak merupakan wahana yang dapat di mamfaatkan dalam mengembangkan  kreativitas anak.oleh sebab itu di taman kana-kanak,merupakan suatu keharusan untuk menyediakan sudut bermain yang dapat digunakan anak untuk melakukan berbagai fantasi atau imajinasi yang ditampilkan anak dalam melakukan aktivitas bermainnya merupakan wujud dan kreativitas anak tersebut.
b)  Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi yang ditampilkannya memiliki nilai-nilai tertentu.
c)  Meminta anak untuk menceritakan tentang fantasinya.misalnya,menanyakan apa yang digambar anak.
d)  Hindari memberikan contoh atau mengarahkan pemikiran anak. Biarkan anak menentukan sendiri kegiatan dan cara-cara melakukan kegiatan yang dipilihnya sendiri,selama hal tersebut tidak membahayakan anak.tindakan ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan karakteristik kreativitas lainnya,yaitu originalitas dan fleksibilitas.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar